Kamis, 16 September 2010

Benar dan Salah


Bilamanakah perbuatan itu dianggap Benar dan bilamanakah perbuatan itu dianggap Salah? Sang Hyang Widhi Wasa menuntun dunia ini melalui jalan yang benar. Segala sesuatu yang dapat menolong dunia ini melalui jalan yang telah ditentukan oleh Sang Hyang Widi Wasa sendiri adalah benar, dan segala sesuatu yang menghalangi jalan ini adalah salah.

Kebahagiaan dan penderitaan mahluk lain berarti kebahagiaan dan penderitaan diri sendiri. Menyiksa orang lain, sama dengan menyiksa diri sendiri, karena jiwatma kita sendiri tunggal dengan jiwatma semua orang dan semua mahluk. Keinsyafan akan tunggalnya jiwatma yang ada di dalam diri kita sendiri dengan jiwatma semua mahluk, maka kita berhasrat melakukan amal saleh terhadap semuanya. Keinsyafan akan tunggalnya jiwatma dengan Brahma, maka timbul hasrat untuk mempersatukan atma sendiri dengan Brahma (Hyang Widhi). Amal saleh dan kebajikan yang dilakukan untuk kesejahteraan sesama mahluk disebut Dharma; dan kesatuan antara jiwatma dengan Brahma disebut moksa. Jalan untuk beramal saleh melakukan dharma disebut prawerti marga, dan jalan untuk mencapai kesatuan jiwatma dengan Brahma disebut niwrti marga. Setelah jiwatma dapat bersatu dengan Brahma, berarti telah menginjak alam moksa. Dan orang yang mendapat moksa disebut mukti. Roh orang yang telah moksa menjadi murni dan sama dengan Brahma. Kemurnian jiwatma ini menimbulkan suatu rasa bahagia yang tiada terbanding dan bahagia yang abadi disebut Ananda (kebahagiaan rohani).

Tujuan hidup kita yang terakhir adalah menuju Moksa, yaitu persatuan (penunggalan) jiwatma dan paramatma. Jalan yang benar adalah segala sesuatu yang menuju kearah kesatuan. Segala sesuatu yang menghalangi kesatuan, adalah tidak benar. Untuk mengetahui jalan yang benar, Sang Hyang Widhi Wasa tidak membiarkan kita di dalam keadaan gelap. Dia mengirimkan orang-orang besar dan suci, memimpin umat-Nya bilamana ada yang merintangi. Dia memberikan kita kekuatan pikiran, dengan mana kita dapat mengertikan yang salah dan mana yang benar. Semasih kita anak-anak, kita harus menuruti apa yang diajarkan, dan bila sudah dewasa, kita dapat mengerti segala isi pelajaran itu. Dan semua ajaran-ajaran ini, diabadikan di dalam Weda-weda dan Sastra oleh para Rsi.

Hukum-hukum yang sederhana yang diabadikan didalam kitab-kitab suci oleh para Rsi adalah : “Sesuatu perbuatan yang tidak kita kehendaki , janganlah dilakukan terhadap orang lain.” Umpamanya, kita tidak suka dipukul atau disiksa, dimarahi, dicaci. Kita hendaknya selalu berbuat baik kepada orang lain, jika kita menghendaki orang berbuat baik kepada kita. Kita menghendaki kebahagiaan, kesenangan, dibicarakan baik dan begitulah kita berbuat dengan orang lain. Kita jangan menyakiti orang lain karena orang lain karena orang lain akan menyakiti kita.

Demikian pula sikap kita terhadap orang tua hendaknya kasih, hormat dan berusaha menolong dan meladeni mereka sebaik-baiknya. Sikap kita kepada saudara dan kawan-kawan, hendaknya jujur dan baik hati dan berusaha mempunyai perasaan kasih kepadanya, tidak membicarakan dan berbuat kasar kepadanya. Pada orang yang lemah, hendaknya kita memakai kekuatan kita untuk melindungi mereka dan tidak berbuat sesuatu yang menakutkan. Dan yang terpenting yang harus kita perbuat ialah : berbuat (kayika), berkata (wacika) dan berpikir (manacika) yang benar. Hendaknya bersikap ksatria dan berterus terang, hormat, jujur, teliti, rajin, sederhana dalam makan dan minum; dan mereka yang melakukan ini akan menjadi orang yang baik.

0 komentar:

Posting Komentar