Kamis, 29 Juli 2010

Setia pada kata-kata (Satya Wacana)


Adapun pendapat saya ialah bahwa ada dua macam sifat yang menyebabkan orang terpuji di dunia ini yaitu : yang sama sekali tidak pernah bohong, sama sekali tidak pernah berbuat kejahatan. Orang yang bersifat demikian yang terpuji di dunia. Apabila suatu hal yang diucapkan itu dianggap baik, janganlah hal itu digembar-gemborkan, janganlah ingin agar disebut pandai berbicara , sebab apabila banyak bicara kemungkinan dapat dipengaruhi oleh rasa suka dan benci. Itu tidak baik..

Maksud yang baik dan baik pula dalam mengucapkannya, menyebabkan banyak orang yang merasa senang. Meskipun maksudnya baik tetapi tidak baik caranya mengatakan, bukannya menyebabkan sakit hatinya si pendengar saja, tetapi malah juga membuat malapetaka pada yang mengatakan. Perkataan yang kasar adalah tidak berbeda dengan tajamnya anak panah yang melukai perasaan tiap orang yang dikenainya, masuk ke dalam hati hingga menyebabkan tidak enak makan dan tidur siang atau malam. Oleh karena itu janganlah hal demikian itu diucapkan oleh orang yang budiman. Jagalah kebersihan dan keheningan hati.

Adapun keperihan akibat terkena kata-kata kasar itu, masuk ke dalam jiwa, menembus hati sampai-sampai ke tulang sumsum. Hutan apabila dirabas atau diratakan, tentu ia dapat tumbuh sempurna lagi, tetapi hati yang terluka oleh perkataan kasar tidak akan dapat sembuh lagi. Karena itu sesungguhnya perkataan itu kasar tidak akan dapat mempertinggi budi. Oleh karena itu, para Setiawan janganlah menghina, jangan menfitnah, mengumpat apalagi berbohong. Hati-hatilah dalam mengeluarkan perkataan agar orang lain tidak terluka olehnya.

Sesungguhnya tidaklah jauh letaknya racun dan amerta itu. Disinilah, di badan sendiri tempatnya. Apabila orang bodoh, suka berbuat kejahatan, racunlah yang diperolehnya; kalau orang selalu jujur teguh memegang kebenaran ia mendapat amerta.

Dalam hal melepaskan diri dari pada kehidupan ini keutamaan satia itu mengalahkan keutamaan upacara-upacara, sedekah dan sumpah bathin walaupun sama-sama dapat melepaskan kita. Jika di dalam penjelmaan sebagai manusia sulinggih itulah yang utama, dari segala yang bersinar mataharilah yang utama, dari anggota badan kepala itulah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tangan; kaki dan lain-lain, maka di dalam dharma (kebajikan) tidak ada yang mengalahkan satia (kesetiaan/kejujuran). Yang disebut satia ialah apabila ditanyakan sesuatu hal tiada disembunyikan, dia ceritakan sebagai apa yang terjadi sebenarnya dan semua yang diketahui perbuatan yang demikian disebut setia.

Keterangan lebih lanjut begini : bukannya perkataannya yang bohong itu tidak setia, dan bukan semua perkataan yang benar itu disebut setia. Biarpun perkataan bohong asalkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umum, itu setia namanya. Meskipun berkata dengan sejujurnya apabila akhirnya tiada bermafaat pada masyarakat (malahan mungkin mencelakakan) itu disebut tiada setia.
Sebab itu usahakanlah kesejahteraan makhluk. Janganlah tidak mempunyai belas kasihan terhadap semua makhluk, karena kehidupan merekalah yang menyebabkan tegaknya catur warga yaitu dharma, artha, kama dan moksa. Tidak akan selamat orang yang tidak menjaga keselamatan hidup semua makhluk.
Lanjut Baca >>

Hukum Karma (Karmaphala)


Sesungguhnya kehidupan manusia di dunia ini adalah sebagai ahli waris dari karmanya. Artinya, hasil baik atau buruknya perbuatan pasti akan diterima, pada hakekatnya kita terikat oleh baik buruknya perbuatan kita. Pendeknya terdahululah kehidupan di dunia ini. Tegasnya ialah bahwa kita semua dikuasai oleh perbuatan kita yang terdahulu.

Purwakarma atau perbuatan yang lalu itu mau tak mau pasti akan dipetik setiap pahalanya oleh yang membuat atau melakukan karma itu. Dan karmaphala itu tidak bingung dalam menentukan dimana ia harus menuju dan tinggal, yaitu pada pembuatnya dahulu. Seperti halnya anak sapi, tidak akan bingung ia dalam mencari induknya untuk menyusu walaupun ratusan sapi yang dihadapinya yang semuanya sedang menyusui anak-anaknya. Walaupun bagaimana bercampur aduknya seaklian induk-induk sapi itu, namun tanpa ragu-ragu anak-anaknya akan mengenali juga induknya sendiri.

Dan lagi pahala dari Purwakarma itu tahu pasti akan waktu tibanya. Pahala dari Purwakarma itu menguasai dirinya sendiri, tidak dapat dielakkan, tidak dapat dijauhi, dan pula sia-sia jika didesak-desak, seperti sifatnya buah dari suatu bunga, ia seolah-olah sadar akan saat-saatnya, sehingga jika telah tiba masanya membuahlah ia dengan sendirinya.

Ketentuannya adalah : Kalau pada anak-anak atau pada waktu sedang jejaka atau pada waktu tuanya seseoarang itu berbuat baik atau buruk pada penjelmaannya yang lalu, maka pada waktu umur anak-anak, remaja, dan umur tua pulalah dirasakannya hasil perbuatannya itu. Singkatnya pada umur berapa seseorang melakukan perbuatan baik ataupun buruk dalam hidupnya dimasa lalu pada tahap-tahap kehidupan sekian pulalah sekarang ia menghasilkan pahala dari purwakarmanya. Jika ad orang yang sangat rajin, bijaksana dan pandai, orang yang gigih berusaha mencari kebahagiaan, berwatak perwira, serta menguasai nafsu, tampan serta tidak ada cacat dirinya, namun walaupun demikian keadaannya, jika seandainya dalam hidupnya sekarang ini ia diperbudak oleh orang yang lebih rendah derajatnya maka itu adalah disebabkan oleh buah purwakarma (perbuatan terdahulu yang dipetik hasilnya sekarang).

Sungguh amat berbeda-beda nampaknya pahala dari purwakarma itu. Perhatikanlah bahwa dalam hidup ini ada orang yang memikul usungan dan ada orang yang bepergian dengan diusung. Semua orang (makhluk hidup) menginginkan kebahagiaan yang tak terbanding. Tetapi karena mereka hanya dapat melakukan dharma (kebenaran) sesuai dengan kemampuannya maka yang diterimanya hanyalah apa yang sudah ditentukan oleh purwakarmanya saja. Kemuliaan itu, celaan itu, kebahagiaan, kesengsaraan itu serta pasang surutnya kehidupan, semuanya itu datang dan pergi dalam kehidupan manusia di dunia ini. Perilaku kehidupan dimasa lampau dilanjutkan dengan macam pahala yang diterimanya sekarang ini.

Orang yang curang terhadap harta benda orang lain dalam hidupnya terdahulu, akan menjelma sebagai orang miskin dikemudian hari. Orang yang pada penjelmaannya terdahulu melakukan pembunuhan, ia akan mati dibunuh dipenjelmaan berikutnya. Singkatnya setiap bibit perbuatan yang terdahulunya ditanam harus diterima hasil pahalanya dikemudian hari. Dan segala apapun yang ditanam mustahillah dari padanya akan tumbuh sesuatu yang berbeda dari apa yang ditanam itu.

Demikian pulalah purwakarma itu, akan diikuti oleh pahala yang sesuai, yang pasti akan dihasilkan kemudian. Di surgaloka hanya ada kesenangan yang akan dinikmati, sedangkan di dunia fana ini suka dan duka harus dirasakan. Adapun di alam neraka hanya kesengsaraan saja yang akan diderita, sedangkan pada alam moksa, parama suka (kebahagiaan abadi) yang akan dikenyam. Begitulah kehidupan dan hukum karmanya.
Lanjut Baca >>

Rabu, 28 Juli 2010

Kemarahan


Apabila tidak ada orang yang Ksamawan, ksamawan artinya : orang sabar dan tenang. Kesabarannya tidak bedanya dengan tanah, dalam hal keteguhan, tentu tidak ada persaudaraan sejati, sehingga nafsu-nafsu marah yang menyelubungi diri segala makhluk yang mengakibatkan akan terjadi perselisihan. Adapun orang yang dapat meninggalkan kemarahannya, berdasarkan sifat-sifat pengampunan, seperti halnya ular yang membuang kulit tuanya dan yang tidak akan dicarinya lagi, maka orang yang demikian itu adalah orang yang berbudi luhur dan patut disebut manusia sejati.

Sebenarnya meskipun seseorang itu selalu dapat mengalahkan musuhnya serta tidak terbilang jumlah musuhnya yang dibunuhnya dan setiap yang dibencinya pun musnah, akan tetapi jika ia senantiasa menuruti nafsu amarahnya maka sepanjang hidupnya pasti ia tidak henti-hentinya mempunyai seteru. Adapun orang yang sebenarnya tidak mempunyai musuh ialah mereka yang telah dapat mengendalikan nafsu kemarahannya.
Semisal ada suatu pemberian, yang diminum oleh orang yang bijaksana, pengaruh pemberian itulah yang sering menimbulkan panas dan sakit kepala, akan tetapi tidak akan berbahaya bagi orang bijaksana. Oleh karena pemberian itu dapat menimbulkan nestapa dan menghilangkan jasa makanya tidak boleh diminum oleh orang biasa.

Hanya orang yang berbudi luhur sajalah yang mampu meminumnya, oleh karena beliau benar-benar kuat. Demikianlah halnya nafsu kemarahan itu dan jika itu engkau yang minum, kuasailah terlebih dahulu pengaruhnya, agar dapat ditemui rasa ketenangan. adapun orang yang bersifat tenang itu tidaklah dibedakannya antara dirinya dengan segala makhluk lainnya, katanya : "oh kasihan!" sehingga beliau tidak berbuat kejam dan pemarah. Inilah kebahagiaan yang sejati. Kini beliau mendapatkan kebahagiaan maka di akhirat pun kelak beliau mendapatkan kebahagiaan. Adapun orang yang sering-sering bertengkar, ia selalu akan mendapat kesusahan dimanapun ia berada dan apapun yang diperbuat. Ditempat tidur sekalipun tidaklah tenang hatinya, seolah-olah seperti tidur dirumah yang berisi ular. Orang yang tidak nyenyak tidurnya ialah orang yang susah, orang yang takut, orang yang membenci sesuatu, orang yang sedang memikirkan pekerjaannya dan juga orang yang menderita asmara.

Singkatnya, lebih utamalah orang yang menguasai kemarahan dari pada yang dikuasai oleh kemarahan. Meskipun orang yang kedua lebih kaya, lebih berkuasa dan lain-lainnya. Begitu pula kesabaran, lebih mulia dari ketidaksabaran, biar bagaimanapun kekuasaan orang yang tidak penyabar itu. Demikian pula penjelmaan menjadi manusia, selalu lebih utama dari penjelmaan sebagai makhluk lain dari manusia, meskipun waktu menjadi makhluk lain itu lebih mendapat kesenangan. Menjadi orang suci/bijaksana itu lebih utama dari pada tidak menjadi orang suci/bijaksana, walaupun waktu tidak menjadi orang suci/bijaksana itu berlimpah-limpah akan harta kekayaan dan lain-lainnya. Karena orang yang dikuasai oleh kemarahan, segala persembahan, semua persedekahannya, segala tapanya, segala upacara yang dilakukannya, semua pahalanya diambil oleh dewa Yama. Ia tidak menerima pahala apa-apa kecuali kepayahan. Oleh karena itu kuasailah kemarahan.

Yang harus diperhatikan ialah bahwa tapa (keteguhan iman) itu harus dipegang teguh, dengan jalan memusnahkan kemarahan; kemakmuran itu dibina dengan jalan menghilangkan kedengkian. Jagalah ketinggian ajaran agama dengan menghilangkan kelobaan dan kecongkakan. untuk menjaga diri ialah dengan jalan tidak suka menghina orang lain. selain kemarahan itu dianggap sama dengan maut, kehausan atau kelekatan pada dunia ini dimisalkan sebagai sungai Waitarini yang amat kejam dan membahayakan, kadang-kadang amat sejuk dan kadang-kadang amat panas airnya. Teresna itu sama dengan air sungai Waitarini. Pengetahuan Agama dapat diumpamakan sebagai lembu keramat yang dapat mengeluarkan segala keinginan. Rasa kepuasaan itu sama dengan perasaan dalam Nandanawana yaitu taman Indra Loka yang penuh dengan serba keindahan. Orang yang dikuasai oleh kemarahan, tentu akan membuat dosa sampai pada akhirnya membunuh guru, mencela orang Saleh dan berkata-kata kasar. Tambahan pula orang yang dikuasai oleh kemarahan tidak sadar akan kekeliruannya, tak mau mengerti akan perbuatan yang terlarang dan selalu melakukan hal yang adharma, serta mengatakan apa yang tidak patut diucapkan. Sesunguhnya kemarahan itu adalah musuh dalam diri kita.

Orang yang menghilangkan kemarahannya akan dipuji, disenangi dan dihormati di dunia. Sekarang usahakanlah menghilangkan kemarahan itu, terutama kemarahan terhadap Tuhan, terhadap negara, pendeta, anak-anak, perempuan hamil, ibu-bapa, orang lanjut umur, orang sakit. Terhadap mereka itu semua harus diusahakan menghilangkan kemarahan. Dan lagi orang yang tahan kepada suka dan duka demi untuk kesempurnaan kebajikan dan kegunaan (artha dan dharma) sabar akan baik dan buruknya ucapan orang lain, berhasil ia mengendalikan kemarahannya, maka dengan keteguhan iman ini masyarakat mendapatkan kesenangan dari padanya.
Lanjut Baca >>

Senin, 26 Juli 2010

Prihal Tri Kaya (perkataan, perbuatan, pikiran)


Ada yang disebut perbuatan yang disadari oleh pengendalian hawa nafsu yang 10 banyaknya yang harus dilaksanakan. Perinciannya : Gerak pikiran ada 3 banyaknya prilaku, ucapan ada 4; gerak perbuatan ada 3. Singkatnya segala gerak dari perbuatan, perkataan dan pikiran (bayu, sabda, idep) itulah yang harus diperhatikan. Prilaku pikiran itu pertama diuraikan, jumlahnya ada 3 yang terdiri dari 1. Tidak dengki dan iri hati akan milik orang lain. 2. Tidak marah terhadap makhluk apapun. 3. Percaya akan kebenaran ajaran karmaphala. Demikianlah 3 macam prilaku pikiran yang merupakan cara pengendalian hawa nafsu.

Adapun 4 hal yang tidak boleh diucapkan yaitu : perkataan kotor, perkataan kasar, perkataan memfitnah dan perkataan bohong. Keempat hal inilah ucapan-ucapan yang harus dibatasi, tidak boleh diucapkan dan malah jangan juga dipikirkan ucapan-ucapan itu.
Hal-hal yang tidak boleh dikerjakan ialah membunuh, mencuri dan berjinah. Ketiga hal itu tidak boleh sama sekali dilakukan, baik pada saat berolok-olok atau terdesak, maupun dalam impian sekalipun ketiga hal itu haruslah dielakkan. Sesungguhnya, seseorang itu dikenal dari perbuatan, perkataan dan pikirannya. Hal itulah yang menarik perhatian setiap orang untuk mengetahui kepribadian seseorang. Maka dari itu kebaikan itulah yang harus dibiasakan dalam perkataan, perbuatan dan pikiran.
Dikatakan amat sukar untuk berlaku baik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran. Benar-benar demikian sukarkah adanya?

Dapat disimpulkan bahwa pikiran adalah unsur yang menentukan, setelah itu barulah perkataan dan perbuatan. Oleh karena itu maka pikiran itulah yang menjadi pokok sumbernya.
Pikiran itu merupakan asal mulanya nafsu dan asal timbulnya perbuatan yang baik maupun buruk, maka dari itu diperlukan sekali pengendalian pikiran itu dari sekarang. Adapun gerak pikiran itu berkeliaran kesana kemari dan banyak diangan-angannya, serta mempunyai banyak tujuan, sehingga menimbulkan wujud-wujud kecemasan. Jika ada orang yang dapat mengendalikan pikirannya, maka ia pasti akan menemui kebahagiaan, baik sekarang maupun di alam baka nanti. Dan lagi sifat pikiran itu ialah bahwa mata dikatakan dapat melihat segala benda, hanyalah sebenarnya karena bantuan dari pikiran. Pikiranlah yang menyebabkan mata dapat melihat, jika pikiran itu tidak turut membantu mata, walaupun mata itu tebuka lebar, namun tidak akan nampak suatu apapun olehnya. Sebab pikiran itulah yang sebenarnya mengetahui. Jadi, pikiran itulah yang merupakan sebab yang paling menentukan.

Inilah contoh lagi yang perlu diperhatikan. Ada bagian badan wanita yang tak boleh disebutkan tempatnya, yang dirahasiakan. Ada lagi luka yang dalam dan lebar. Jika direnungkan baik-baik apakah bedanya luka itu dengan anggota badan wanita yang dirahasiakan itu? Maka tergodalah ia yang menganggap kedua hal itu berbeda, hal mana yang disebabkan oleh pikirannya yang bingung. Tegasnya pikiran itulah yang merupakan sebab yang paling menentukan.

Dan lain lagi, ada yang dinamakan "mukhasawa" yaitu air liur yang menggiurkan hati pria dan wanita yang sedang berciuman bibir dengan bibir. Jika diperhatikan tidak ada bedanya dengan air liur biasa mukhasawa itu. Akan tetapi jika air liur diberikan kepada orang, ia jijik dan takut. Tetapi jika mukhasawa, senanglah ia. Tidaklah membahayakan dirinya diberi istilah demikian, dan nama itu manusialah yang membuatnya. Demikianlah bahwa pikiran itu yang menyebabkan perubahan ini.

Perhatikanlah lagi, ada satu benda yang sama, tetapi berbeda juga tanggapan dari masing-masing orang terhadapnya. Sebagai halnya buah dada sang ibu. Berbedalah tanggapan si bayi terhadap buah dada sang ibu dari tanggapan sang ayah. Sebenarnya hanya pikiranlah yang menyebabkan perbedaan itu. Pikiran juga menyebabkan sesuatu itu berbeda- beda, pikiran juga menyebabkan prilaku orang berbeda-beda. Jika ada orang berprilaku dalam hidup ini umpamanya ingin akan milik orang lain atau dengki terhadap kebahagiaannya, maka orang yang demikian mustahil akan menemui kebahagiaan baik-pun sekarang maupun di alam baka nanti. Oleh karena itu hentikanlah perbuatan itu, oleh mereka yang ingin mencapai kebahagiaan abadi. Kebijaksanaan inilah yang patut diperhatikan oleh (setiap) orang yakni rasa cinta kasih terhadap segala makhluk. Itulah yang patut diutamakan, janganlah dengki iri hati, janganlah menginginkan dan mengangan-angankan sesuatu yang tidak ada dan tidak halal.

Janganlah hal itu dipikir-pikirkan (diidam-idamkan). Maka dari itu kekanglah dan ikatlah dengan kuat panca indra dan pikiran itu, jangan diberikan menuruti jalan yang berbahaya, yang tercela, yang sulit didapat dan yang menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan.
Adapun orang yang dengki iri hati terhadap sesama manusia, jika memandang emasnya, wajahnya, keagungannya, penjelmaannya yang baik, kebahagiaannya, kebijaksaannya dan ketenangan serta keramahannya, hal-hal itu yang menimbulkan rasa iri hati pada dirinya. Orang yang demikian itu perbuatannya, maka ia akan menerima kesengsaraan sebagai ganjarannya, amat besar kenestapaannya dan sukar akan diobati. Segala sesuatu di alam maya ini maupun di alam baka adalah milik orang yang sabar dan tenang. Sifat-sifatnya itulah yang menyebabkan ia dihormati, dipuji dan disegani oleh dunia, dan di alam sana ia akan mendapatkan sorgaloka.

Kesimpulannya, sifat-sifat sabar itulah merupakan kekayaan yang sejati, sebagai emas permata dari orang yang dapat melawan kekuatan nafsu, tiada yang melebihi kemuliaannya. Tetapi ia juga sumbernya pathya (pathadanapetah) yaitu tidak menyimpang dari jalan kebenaran yang dijadikan pedoman dalam segala apa yang ditempuh dan tak perlu memilih.
Lanjut Baca >>

Jumat, 09 Juli 2010

Akar Bahar ("Uli"dalam bahasa Bali)














Nama akar bahar berasal dari Bahasa Arab
dan Melayu, bahar dalam bahasa Arab berarti laut. Jadi akar bahar itu adalah akar laut. Didaerah Maluku terutama di Ambon disebut ruhu mete atau ruhu meteng bagi nama akar bahar hitam.
Ada 4 macam akar bahar :
  1. Akar bahar hitam
  2. Akar bahar kelabu
  3. Akar bahar putih
  4. Akar bahar merah
Ada akar bahar hitam dibagi 8 macam :
  • Akar bahar berjaga ( bercagak)
  • Akar bahar tali arus (gelombang lautan)
  • Akar bahar ular
  • Akar bahar jantan
  • Akar bahar betina
  • Akar bahar kipas
  • Akar bahar rumput (seperti daun cemara)
  • Akar bahar ratu Akar bahar (khusus tumbuh di pegunungan pada hutan lebat, dipakai obat)
Ada akar bahar kelabu/ abu-abu bertangkai tebal dan pada ujungnya runcing seperti tanduk rusa. Ada akar bahar putih, sulit didapat karena tumbuh di dasar laut yang berombak keras, warnanya seperti bunga kembang kemuning yang kering.

Kegunaan akar bahar :
  • Untuk gelang , kalung, perhiasan wanita
  • Berkhasiat memuntahkan racun yang termakan antara lain terkena racun ikan, rajungan, kepiting dll.
  • Menyembuhkan penyakit encok/rematik.
Penggemar pemakai gelang akar bahar adalah orang galelang, jalolo, miscal, vernatet, guam, ambon, bali, bugis, mandar, madura, london dan filipina.
Akar bahar dianggap dapat menolak guna-guna jahat.

Lanjut Baca >>