Rabu, 04 Agustus 2010

Kekuasaan Maut


Janganlah berfoya-foya membuang-buang waktu, apa yang rencananya dikerjakan besok, kerjakanlah sekarang juga. Apa yang rencananya dikerjakan sore nanti, pagi inilah dikerjakan, karena sesungguhnya sang maut tidak menunggu, tidak peduli apa yang sudah ataukah belum selesai suatu pekerjaan itu. Kalau ada orang yang sudah akrab dengan sang maut atau bias luput dari ketuaan dan kematian, hanya dialah yang berhak memastikan apa yang terjadi sekarang dan kelak kemudian hari.

Memang benar sang waktu tidak dapat dikirakan batas akhirnya, beratus-ratus tahun dan tidak terbatas, sedangkan kesempatan untuk berbuat dalam hidup ini sangat terbataslah adanya, sangat tergesa-gesa jalannya. Kehidupan manusia ini hanya sekejap adanya. Oleh karena itu mengapa terlena?. Sementara masih hidup, pergunakan kehidupan ini, abadikan demi untuk menegakkan kebenaran (dharma).

Jangka kehidupan manusia itu sangatlah pendek. Dan kehidupan yang sudah pendek ini dibagi lagi oleh malam yaitu saatnya manusia tidur karena desakan mata yang mengantuk. Hanya separo yang tinggal. Dan sisanya yang separo ini diambil lagi oleh waktu sakit, waktu sedih, waktu tua dan halangan-halangan lain sehingga benar-benar sangatlah singkatnya masa hidup manusia itu yang tinggal.

Sayangnya tidak ada yang menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan mahluk manusia itu tenggelam di samudra waktu yang maha dalam kesaktian , ketuaan, dan kenestapaan sebagai buayanya.

Tiada obat, tiada mantra, tiada upacara, tidak juga pujaan yang dapat menolong manusia dari cengkraman maut, menolak datangnya kematian, walaupun bolak balik mengucapkan mantra dengan bersuara ataupun berulang-ulang memanjatkan doa secara tidak bersuara yang disebut dengan istilah JAPA.

Kalau seseorang melihat orang yang tidak pernah mengalami kesukaran, sentosa, dan teguh imannya, tidak diganggu oleh kebingungan dan jika melihat orang menderita umur tua, atau melihat orang yang kesakitan atau melihat orang mati tetapi ia tidak peduli pada semuanya itu seolah-olah ia tidak akan mengalami hal yang demikian, maka orang yang bertingkah laku demikian, tidaklah beda dengan suatu benda yang tidak mempunyai perasaan. Walaupun telah dikuasainya seluruh samudra, seluruh alam dunia oleh seseorang yang disebabkan oleh kehebatan kesaktiannya, namun ia tidak akan luput dari kesakitan masa tua dan kematian.

Bahwa yang bernama sang maut itu, berwujud sebagai “waktu” dengan ciri-ciri perwujudannya ialah kecepatan, kegaiban, perubahan-perubahan adanya siang dan malam dan sebagainya yang merupakan 6 (enam) ciri dari perwujudannya. Adapun selaku wajah dari maut itu ialah kesakitan dan ketuaan. Demikianlah yang bisa nampak oleh mata bahwa maut itu menyusup meliputi dan memenuhi seluruh alam dan segala yang hidup menjadi mangsanya.

Mumpung umur masih muda maka giatlah melaksanakan kebajikan (dharma) karena prilaku seorang yang sudah tua itu sungguh-sungguh menyedihkan. Lihatlah umpamanya betapa sengsaranya seorang tua yang begini keadaannya, yaitu orang tua itu tidak dapat melepaskan dirinya dari tarikan wisaya (indra). Sangat keras rasa keinginannya tetapi ia tidak mampu menikmati yang diinginkannya itu karena panca indranya sudah surut lemah. Halnya itu tidak bedanya seekor srigala tua yang tidak bergigi lagi, tetapi ingin makan tulang. Terpaksa hanya dijilatnya saja tulang itu untuk memenuhi keinginannya merasakan keenakannya walau hanya sedikit saja. Demikianlah perasaan orang tua yang bernafsu dengan srigala tua yang tanpa gigi. Kasian!
Dan semuanya itu disebabkan oleh karena ketidakmampuannya ia memutuskan ikatan nafsunya.

Bisa juga kita terlena akan ajal yang mendatang walau sesungguhnya mahluk hidup ini tidak ada bedanya dengan orang hukuman yang digiring ke tempat dijalankannya hukuman itu, setiap langkahnya mendekati tempat itu adalah pengurangan setapak lagi dari jangka hidupnya. Demikian pulalah mahluk hidup ini. Setiap malam yang terlewatkan olehnya berarti pengurangan dari masa hidupnya yang membawanya semakin dekat dengan kematiannya.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

yup, kerjakan selama masih ada waktu

-Gek- mengatakan...

susah menerapkannya...
Maunya begitu, tapi kalo udah ngantuk, wah... ga ketulungan rasanya.. :)
Lam kenal.

Posting Komentar