Senin, 11 Oktober 2010

Wejangan dan belajar Bijaksana II


Baik atau buruk nasib kita sebagai manusia jangan diperbandingkan dengan orang lain. Karena hal itu bisa membawa rasa iri dan ketidak adilan dalam diri kita. Adalah satu dosa besar kalau kita sampai mengatakan bahwa Tuhanlah yang telah berlaku tidak adil pada kita. Padahal jalan nasib seseorang sudah ditentukan sebelumnya oleh Sang Pencipta.



Semua yang datang dari orang lain tidak akan ada gunanya jika tidak dituruti. Suara hati nurani sendiri, yang datang dari lubuk terdalam hati yang tulus dan bersih adalah mata telinga bagi diri seseorang untuk melangkah dijalan yang baik dan benar. (Kiai Gde Tapa Pamungkas)



Mungkin perasaan hati terkadang menyesatkan. Namun bagaimanapun juga perasaan hati adalah satu kejujuran yang tidak pernah berkata dusta. Murni dan bersih seperti embun di pagi hari. (J.Bagus)



Keangkuhan dan kesombongan, sifat kasar dan mau menang sendiri serta selalu berprasangka buruk pada orang lain sering membawa seseorang ke dalam hidup yang menyedihkan.



Jika kau membuang satu persatu orang-orang yang selama ini dekat dan bersahabat denganmu, di hari-hari terakhirmu dalam kehidupan ini kau akan merasa kesepian. Sangat kesepian! Perasaan itu lebih perih dari sayatan pisau dilubuk hatimu, akan lebih menyesakkan dari tindihan batu gunung. (kata hati seorang yang angkuh)



Tiap masalah tidak harus dilewati dengan jalan baik, tapi akan selalu berakhir untuk kebaikkan dan kebenaran. (J.Bagus)



Tanpa imajinasi, kita seperti orang-orang malang yang membosankan. (J.Bagus)



Penting untuk menjadi netral, berusaha untuk tidak berusaha. (Yen Wen)


0 komentar:

Posting Komentar